“SUMBER DAYA BUATAN”
NAMA KELOMPOK :
1. Dina Cahyaningrum (7101414247)
2. Minchoiril Chotimah (7101414048)
3. Siswono (8111414131)
4. Muhammad Syafii (7101414086)
5. Zelly Wisdiani (7311414045)
ROMBEL : 30
PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan Puji dan syukur karena atas rahmat, taufik, dan hidayahnya kami mampu menyelesaikan makalah tentang “Sumber Daya Buatan” dengan baik.
Makalah ini kami susun untuk melengkapi tugas dari Bapak Andi Irwan Benardi mata kuliah Pendidikan Lingkugan Hidup mengenai salah satu jenis Sumber Daya Alam yaitu masalah Sumber Daya Buatan.
“Tak ada gading yang tak retak” begitupun makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semua pihak. Amin
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Semarang, 10 Maret 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul ........................................................................................ i
Kata Pengantar ....................................................................................... ii
Daftar Isi ................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................ 2
C. Tujuan ................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................... 3
A. Definisi Sumber Daya Buatan............................................... 3
B. Macam-macam Sumber Daya Buatan .................................. 3
C. Manfaat Sumber Daya Buatan ............................................. 16
D. Masalah Pengelolaan & Pemecahan Sumber Daya Buatan... 16
BAB III PENUTUP .............................................................................. 23
A. Kesimpulan ........................................................................... 23
B. Saran ..................................................................................... 23
Daftar Pustaka ........................................................................................ 24
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sumber daya alam merupakan unsur lingkungan hidup yang terdiri atas sumber daya hayati maupun non hayati yang secara keseluruhan membentuk kesatuan ekosistem. Sumber daya yang dapat berubah, baik menjadi lebih bersar maupun hilang, dan ada pula sumber daya yang kekal (selalu tetap). Selain itu, dikenal pula istilah sumber daya yang dapat pulih atau diperbaharui (renewable resource) dan sumber daya tak dapat diperbaharui (non-renewable resources).
Dalam rangka mengatasi masalah kebutuhan dan mengurangi eksploitasi sumber daya alam maka diperlukan sumber daya buatan. Sehingga dapat menjaga keseimbangan ekosistem suatu wilayah.
Sumber daya buatan adalah hasil pengembangan dari sumber daya alam untuk meningkatkan kualitas, kuantitias, dan/atau kemampuan daya dukungnya, antara lain sawah, waduk, perkebunan, yang dalam pemanfaatan dan pengelolaannya dapat menunjang tingkat ekosistem di wilayah tersebut.
Tanpa adanya sumber daya buatan, kelangsungan hidup ekosistem seperti sapi, kerbau, dan kambing sebagai salah satu sumber daya alam hayati, tidak dapat terjaga kelestariannya. Sapi memakan rumput, dan rumput itu sendiri di tanam di sawah yang merupakan salah satu jenis sumber daya buatan. Begitupun dengan kelangsungan hidup manusia yang berprofesi sebagai peternak maupun petani, tanpa adanya sawah mereka tidak akan dapat bertahan hidup. Begitu pentingnya sumber daya buatan bagi hajat hidup berbagai sumber daya alam lain.
Lalu, bagaimana peranan kita sebagai manusia untuk menjaga kelangsungan sumber daya buatan tersebut agar tetap dapat dimanfaatkan oleh manusia?
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah yang dapat menjadi fokus makalah kami, antara lain :
1. Apa yang dimaksud dengan Sumber Daya Buatan?
2. Apa macam-macam dari Sumber Daya Buatan?
3. Apa manfaat dari Sumber Daya Buatan?
4. Apa permasalahan yang dihadapi dalam mengelola Sumber Daya Buatan?
5. Bagaimana penanganan untuk mengatasi permasalahan dari pengelolaan Sumber Daya Buatan?
C. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui apa itu Sumber Daya Buatan.
2. Mengetahui macam-macam dari Sumber Daya Buatan.
3. Mengerti manfaat dari Sumber Daya Buatan.
4. Mengetahui permasalahan yang dihadapi dalam mengelola Sumber Daya Buatan.
5. Mengerti penanganan untuk mengatasi permasalahan dari pengelolaan Sumber Daya Buatan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Sumber Daya Buatan
Sumber daya buatan adalah hasil pengembangan buatan dari sumber daya alam hayati atau non hayati yang ditunjuk untuk meningkatkan kualitas, kuantitas dan atau kemampuan daya dukungnya. Pengertian tersebut diatas menggambarkan bahwa sumber daya buatan adalah sumber daya alam yang karena intervensi manusia telah berubah menjadi sumber daya buatan. Bentuk sumber daya buatan ini dapat dilihat pada kawasan budidaya, kawasan pedesaan, kawasan perkotaan, maupun kawasan cagar alam. Fungsi kawasan tersebut dapat sebagai pelindung kelestarian lingkungan hidup, dibididayakan, pemukiman, pelayanan jasa pemerintah, pelayanan social, dan kegiatan ekonomi untuk kesejahteraan manusia dan pembangunan yang berkelanjutan.
B. Macam-macam Sumber Daya Buatan
Sumber daya buatan merupakan sumber daya yang sengaja dibuat manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Beberapa sumberdaya buatan yang banyak terdapat di Indonesia antara lain:
1. Sawah
Sawah adalah sebidang lahan pertanian yang kondisinya selalu ada dalam kondisi basah dan kadar air yang dikandungnya selalu di atas kapasitas lapang. Sebidang sawah dicirikan oleh beberapa indikator, yaitu :
1) Topografi selalu rata
2) Dibatasi oleh pematang
3) Diolah selalu pada kondisi berair
4) Ada sumber air yang kontinyu, kecuali sawah tadah hujan dan sawah rawa
5) Kesuburan tanahnya relative stabil meskipun diusahakan secara intensif
6) Tanaman yang utama diusahakan petani padi sawah
Sawah berdasarkan system irigasinya / pengairan dibedakan menjadi beberapa macam sebagai berikut :
1) Sawah pengairan teknis : sawah yang bersumber pengairannya berasal dari sungai, artinya selalu tersedia sepanjang sepanjang tahun, dan air pengairan yang masuk ke saluran primer, sekunder, dan tersier volume terukur. Oleh karena itu, pola tanam pada sawah teknis ini lebih fleksibel dibandingkan dengan sawah lainnya. Ciri sawah jenis ini dalam pola tanamnya sebagian besar selalu padi – padi, meskipun ada pola tanam lain biasanya terbatas di daerah – daerah yang para petaninya sudah mempunyai orientasi ekonomi yang tinggi, seperti di daerah kebupaten Kuningan dan kabupaten Garut.
2) Sawah pengairan setengah teknis : sawah yang sumber pengairannya dari sungai, ketersediaan airnya tidak seperti sawah pengairan teknis, biasanya air tidak cukup tersedia sepanjang tahun. Pola tanam pada sawah ini biasanya padi – palawija atau palawija – padi. Sawah tipe ini banyak terdapat di daerah kabupaten Garut bagian selatan, kabupaten Cianjur selatan, dan kabupaten Sukabumi selatan.
3) Sawah pengairan pedesaan : sawah yang sumber pengairannya berasal dari sumber-sumber air yang terdapat di lembah-lembah bukit yang ada di sekitar sawah yang bersangkutan. Prasarana irigasi seperti saluran, bendungan dibuat oleh pemerintah desa dan petani setempat, serta bendungan irigasi umumnya tidak permanen. Pola tanam pada sawah pengairan pedesaan ini biasanya padi – padi, dan padi – palawija, atau padi – bera. Petani yang melakukan padi – padi biasanya terbatas di daerah-daerah yang berdekatan degan sumber air saja, sedangkan yang jauh biasanya hanya ditanami padi sekali saja pada musim hujan dan pada musim kemarau dibiarkan bera. Sawah jenis ini hampir di seluruh kabupaten ada namun luasanya terbatas sekali.
4) Sawah tadah hujan : sawah yang sumber pengairannya bergantung pada ada atau tidaknya curah hujan. Sawah jenis ini biasanya terdapat di daerah-daerah yang topografinya tinggi dan berada di lereng-lereng gunung atau bukit yang tidak memungkinkan dibuat saluran irigasi. Oleh karena itu, pada sawah semacam ini pola tanamnya adalah padi – bera, padi – palawija, dan palawija – padi.
5) Sawah rawa : sawah yang sumber airnya tidak dapat diatur. Karena sawah ini kebanyakan terdapat di daerah lembah dan cekungan atau pantai. Kondisinya selalu tergenang air karena airnya tidak dapat dikeluarkan atau diatur sesuai dengan kebutuhan. Ciri utama sawah rawa adalah diolah atau ditanami pada musim kemarau dan dipanen menjelang musim hujan. Tanaman yang utama adalah padi rawa yang mempunyai sifat tumbuhnya mudah menyesuaikan dengan permukaan air apabila tergenang melebihi batas permukaan atau dilanda banjir. Sawah rawa banyak terdapat di kabupaten Kawarang sebelah utara, kabupaten Indramayu, dan di pulau-pulau luar Jawa, seperti Kalimantan Selatan, Jambi, Sumatera Selatan.
6) Sawah rawa pasang surut : sawah yang system pengairannya dipengaruhi naik dan turunnya air laut (pasang laut). Ciri khas sawah pasang surut ini adalah bahwa pengolahan tanah sangat sederhana yaitu hanya pembabatan rumput pada musim kemarau menjelang musim hujan tiba dan panen pada musim hujan. Sawah rawa pasang surut ini banyak terdapat sepanjang sungai yang besar – besar seperti di Kalimantan Selatan, Sumatera Selatan, dan Irian Jaya.
7) Sawah Lebak : sawah yang terdapat dikanan-kiri tebing sungai dan di delta-delta sungai yang besar. Sawah ini sumber pengairannya dari sungai yang bersangkutan. Pemasukan airnya dilakukan dengan memakai alat pengeduk seperti timba atau kincir air yang dibuat di sebelah kiri kanan sawah yang bersangkutan. Sawah jenis ini biasanya ada pada musim kemarau ketika air sungai yang bersangkutan surut, pengolahan dan penanaman pada musim kemarau dan panen menjelang musim hujan. Sawah lebak terdapat di Jawa Timur lembah Bengawan Solo, Kali Berantas, dan Delta Musi di Sumatera Selatan.
Mayrowani, dkk., (2003) menuliskan 10 manfaat langsung ekosistem sawah untuk manusia utamanya:
1. Menghasilkan bahan pangan
2. Menyediakan lahan kerja dalam bidang pertanian,
3. Daerah memperoleh keuntungan melalui pajak tanah,
4. Daerah memperoleh keuntungan selain dari PAD dari segi ekonomi dan pajak
5. Meminimalir urbanisasi yang terjadi karena tersedianya lahan kerja pertanian
6. Mempertahankan budaya tradisional dan kerakyatan yang ada
7. sebagai wadah agar tumbuhnya rasa kebersamaan atau gotongroyong,
8. sebagai sumber pendapatan masyarakat,
9. sebagai tempat refreshing, dan
10. sebagai tempat pariwisata.
Sedangkan manfaat tidak langsung mencakup fungsi-fungsi pelestarian lingkungan yang terdiri dari unsur-unsur berikut (Yoshida, 2001; Setiyanto dkk ., 2003; Tala’ohu, dkk., 2003):
· Meminimalisir peluang banjir,
· Mereduksi terjadinya erosi,
· mengurangi kemungkinan terjadinya tanah longsor,
· Sirkulasi air terjaga, khususnya pada musim kemarau,
· (Pencemaran polusi industri dapat dikurangi
· Dapat menjadi sarana dalam mengurangi pupuk sintesis dengan menggunakan pupuk dan pestisida organik
Sementara itu, manfaat bawaan terdiri dari dua unsur berikut:
· sebagai sarana pendidikan, dan
· sebagai sarana untuk mempertahankan keragaman hayati.
Penggunaan lahan sawah yang kurang efektif dan sembrono dapat menyebabkan (Wihardjaka dan Makarim, 2001):
1. Munculnya efek rumah kaca karena penimbunan metan yang mengakibatkan pemanasan global
2. Pencemaran air dan tanah melalui penggunaan bahan kimia (pupuk dan pestisida), dan
3. Sungai dan saluran pengairan menjadi lebih dangkal akibat pelumpuran saat pengolahan tanah sawah.
2. Tegalan
Adalah kelanjutan dari system berladang, hal ini terjadi apabila hutan yang mungkin dibuka untuk kegiatan usaha pertanian tidak memungkinkan lagi. Lahan usahatani tegalan sifatnya sudah menetap. Pola tanam biasanya campur atau tumpang sari antara padi ladang dan palawija (jagung, kacang-kacangan, ubikayu, dll). Di lahan tegal biasanya hanya diusahakan pada musim hujan saja, sedangkan pada musim kemarau diberakan (dibiarkan) tidak ada tanaman. Pada lahan tegal, usaha pelestarian produktivitas sudah ada dengan cara pemupukan meskipun terbatas pada saat ditanami saja, sedangkan pelestarian selanjutnya berjalan secara alami, atau dibiarkan tumbuh tanaman liar, yang selanjutnya dibabat pada saat akan ditanami kembali dengan dengan tanaman ekonomi. Produktivitas lahan ini umumnya rendah dan tidak stabil karena keadaan topografinya tidak mendatar dan tidak dibatasi oleh pematang atau sengkedan penahan erosi
Tegalan atau kebun tersebut dapat menopang ekonomi dan kebutuhan hidup sehari hari bagi masyarakat. Adanya pola tanam yang kurang sempurna pada tanah tegalan yang dibuat tanpa memperhatikan kondisi lingkungan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan, antara lain:
1) erosi dan sedimentasi tinggi (daerah lereng perbukitan ditanami sayur mayur, tembakau)
2) pencemaran karena penggunaan pestisida dan pupuk an organik
3) monokultur yang menyebabkan kerusakkan biodiversitas lingkungan
C. Waduk (Bendungan)
Air merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi semua makhlukhidup. Ketersediaan air dalam kualitas yang baik dan kuantitasyang memadai merupakan hal yang mutlak diperlukan. Namunpada kenyataannya – di alam ini ketersediaan air dalam kondisi demikiantidak selalu terpenuhi. Pada musim penghujan, debit air yang sangat besar menjadi bencana banjir,debit air yang kecil menjadi penyebab kekeringan. Belajar dari kondisialam seperti ini, manusia berusaha mencari cara untuk mengatur air adalah salah satunya dengan membangun waduk.Walaupun pada awalnya pembangunan waduk ditujukan bagi kepentingan manusia, namun dalam perkembangannya – keberadaan waduk tidakpernah lepas dari masalah, tidak hanya masalah lingkungan namun juga
masalah sosial. Oleh karena itu pembangunan suatu waduk (khususnyabendungan) dan mekanisme pengelolaannya harus selalu dilakukandengan penuh pertimbangan, yaitu dengan memperhatikan kondisilingkungan dan kondisi masyarakat setempat.
Menurut Ditjen Pengairan - Departemen Pekerjaan Umum,
Bendungan adalah suatu konstruksi bangunan yang melintasi/memotong sungai untukmenghalangi aliran air sehingga permukaan air naik dan membentuk danaubuatan yang berfungsi sebagai pengendali dan penyimpan air. Sedangkan bendung adalah waduk kecil yang berfungsi mengairi lahan-lahanpertanian yang letaknya jauh dari sungai. Perbedaan antara keduanyaterletak pada keberadaan bangunan pelimpah yang berfungsi untukmengalihkan dan menampung kelebihan air. Pada bendung tidak terdapatbangunan pelimpah, sehingga kelebihan air akan terbuang begitu sajasetelah melewati tinggi tubuh bendung, sedangkan pada bendunganterdapat bangunan pelimpah; dengan kata lain bendung tidak dapatberfungsi sebagai penampung air (hanya menaikkan permukaan air)sedangkan bendungan dapat berfungsi sebagai penampung air. Air yangtertampung pada bangunan pelimpah ini berfungsi sebagai cadangan airbagi berbagai keperluan (Ensiklopedi PU).Dilihat dari kondisi konstruksi dan ukurannya, bendungan dapatdimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti pembangkit tenaga listrik,irigasi, perikanan, dan parawisata, sedangkan fungsi bendung umumnyahanya terbatas pada irigasi lahan pertanian saja.
Pembangunan suatu waduk disesuaikan dengan kepentingan tertentu,masing-masing waduk memiliki fungsi dan manfaat tersendiri. Beberapawaduk dibangun hanya untuk melayani satu atau dua macam kegunaan,namun ada juga waduk yang memiliki banyak kegunaan sehingga disebutWaduk Serbaguna.
· Fungsi Ekologis Waduk
a. Menampung air, mencegah bencana banjir, danmenanggulangi kekeringan.Waduk (khususnya bendungan) berfungsi untuk menampung air,baik yang berasal dari aliran sungai maupun limpasan air hujan.Air yang ditampung ini menjadi sumber air bagi manusia, hewan,dan tumbuhan. Air ini dimanfaatkan untuk keperluan irigasi sawahdan kolam, kebutuhan manusia sehari-hari (minum, mandi,memasak, dan mencuci), kegiatan peternakan, industri, dan bahkanair baku bagi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Kecepatanair yang dialirkan ke dalam waduk harus dikontrol sedemikian rupa agar air ini tidak mengalir terlalu cepat sehingga menyebabkanerosi di bagian hilir waduk, dan juga tidak terlalu lambat sehinggamenyebabkan sedimentasi di bagian hulu waduk.Waduk juga berfungsi untuk mengatur sistem hidrologi; yaitudengan menyeimbangkan aliran air antara hulu dan hilir sungai,serta memasok air ke kantung-kantung air lain seperti ekuifer (airtanah), sungai, dan persawahan. Dengan demikian waduk dapatmengendalikan dan meredam banjir pada musim hujan, sertamenyimpannya sebagai cadangan pada musim kemarau untuk menghindari musibah kekeringan.
b. Mengatur iklim mikro
Keberadaan waduk, seperti halnya dengan ekosistem danau alami, juga berfungsi dalam pengendalian iklim mikro. Air yang tertampungdalam waduk menyerap panas pada siang hari, sehingga suhuudara di sekitar waduk tidak terlalu tinggi. Hal ini pada akhirnya akan sangat berpengaruh pada kehidupan makhluk yang hidup didalam dan di sekitar ekosistem waduk.Walaupun waduk memiliki peranan penting dalam pengaturan iklim mikro, namun pada awal pembentukannya waduk menimbulkandampak negatif yang cukup besar berkaitan dengan pemanasanglobal. Berbagai vegetasi daratan yang terendam pada awal pembentukan waduk mengalami pembusukan (dekomposisi)sehingga melepaskan CO2dalam jumlah yang besar ke atmosfer.Jumlah emisi Gas Rumah Kaca (GRK) kotor (gross emmisions )yang dilepaskan ke udara akibat pembangunan waduk ini diperkirakan mempengaruhi peristiwa pemanasan global sebanyak1 - 28% (World Commision on Dams, 2000).
c. Habitat berbagai jenis tumbuhan dan hewan
Ekosistem waduk, yang pada dasarnya hampir sama denganekosistem danau alami, merupakan habitat bagi berbagai jenis sumberdaya hayati (baik tumbuhan maupun hewan). Berbagai jenisikan, tumbuhan air, plankton, burung air, mamalia, reptilia, serangga,dan amfibi hidup, berkembang biak, serta mencari makan diekosistem waduk. Beberapa diantaranya juga merupakan jenishewan dan tumbuhan endemik.Pada awal pembentukan waduk terjadi peralihan jenis-jenis hewandan tumbuhan, dari jenis-jenis yang biasa hidup di ekosistemperairan mengalir (sungai) menjadi jenis-jenis yang biasa hidup diekosistem perairan tergenang. Di beberapa daerah, pembangunanwaduk telah menyebabkan hilangnya jenis-jenis ikan sungaiendemik karena jalur ruaya-nya (migrasi) terganggu, contohnyaadalah hilangnya jenis-jenis ikan asli di Sungai Citarum setelahdibangunnya Waduk Jatiluhur; dari 20 jenis ikan asli yang semulaada di sungai ini sekarang tinggal 8 jenis, salah satu jenis ikanyang jumlahnya menurun pesat adalah Ikan Arengan (Labeo chrysopekadion ) (Whittenet al., 1999). Untuk itu sekarang inimulai dikembangkan konstruksi waduk yang disertai tangga agarikan-ikan beruaya dapat tetap melewati waduk.Pembangunan waduk tidak hanya berpengaruh pada biodiversitasflora dan fauna di ruas perairan yang dibendung, tetapi juga padabiodiversitas di ekosistem terestrial (daratan) yang tergenang akibatpembangunan waduk dan di ekosistem lain sebelah hilir waduk(misalnya dataran banjir dan muara sungai) yang sangat tergantungpada masukkan (berupa air atau nutrien) dari sungai yang dibendung (World Commission on Dams, 2000).
· Manfaat Ekonomis Waduk
a. Menghasilkan berbagai jenis sumberdaya hayati bernilai ekonomis.
Waduk memiliki keanekaragaman hayati yang cukup tinggi.Berbagai jenis sumberdaya hayati yang hidup di waduk ada yangmerupakan jenis asli dan ada juga yang merupakan jenis-jenis yang sengaja diintroduksikan untuk keperluan budidaya. Jenishewan yang umum dibudidayakan di waduk adalah ikan; ikan-ikanini biasa dibudidayakan dalam Karamba Jaring Apung (KJA). Potensi perikanan waduk sangatlah besar. Sebagai contoh padatahun 1996 di Waduk Saguling terdapat 4.425 unit KJA denganproduksi sebesar 5.506 ton ikan, dan di Waduk Cirata terdapat15.289 unit KJA dengan produksi sebesar 25.114 ton. Sementaraproduksi perikanan tangkap dari kedua waduk tersebut rata-rata60 ton/tahun. Keberadaan usaha KJA ini sangat menguntungkanbagi masyarakat setempat. Namun dalam perkembangannya,usaha KJA ini mendatangkan masalah ekologis karena telah menimbulkan pencemaran bahan organik yang sangat tinggi(Adiwilaga, 1999).
b. Menampung air irigasi
Salah satu fungsi utama waduk adalah untuk mengairi persawahan,bahkan bendung (waduk kecil) memang sengaja dibangun untukmengairi lahan persawahan yang terletak jauh dari sungai. Sebagaicontoh, Waduk Jatiluhur di Sungai Citarum merupakan penyediaair bagi daerah irigasi seluas 248.000 Ha (BAPPEDA Propinsi JawaBarat, 2001). Fungsi waduk yang satu ini sangat berpengaruh pada produksi beras nasional. Selain untuk persawahan, air dalam waduk juga dapat digunakan untuk mengairi kolam ikan.
c. Sebagai sumber energi
Air waduk dapat dipergunakan sebagai sumber energi pada pembangkitlistrik (PLTA). Untuk keperluan ini, air waduk harus tersedia dalam jumlah tertentu agar turbin pada instalasi PLTA dapat tetap digerakkan.Dari segi lingkungan, energi yang dihasilkan oleh air lebih ramahlingkungan daripada energi yang dihasikan oleh diesel, batu bara,atau bahan bakar fosil lainnya. Salah satu contoh adalah WadukMrica di Semarang (waduk terbesar di Jawa Tengah).
· Sarana transportasi, rekreasi, dan olahraga
Waduk merupakan salah satu ekosistem lahan basah yang dapatdimanfaatkan untuk keperluan transportasi, rekreasi, dan olahraga.Alat transportasi yang biasa digunakan di waduk adalah perahu,sampan, dan rakit. Transportasi ini terutama dijumpai pada wadukbesar yang menghubungkan beberapa kecamatan.Kegiatan wisata yang dikembangkan di waduk biasanya bersifatwisata alam (ekowisata). Dari segi atraksi, faktor keindahan alamdi sekitar waduk memberikan daya tarik yang sangat memikat.Kegiatan olahraga air yang dapat dilakukan di waduk sepertimemancing, ski air, dan mendayung juga merupakan hal-hal yangdapat menarik para wisatawan.
D. Perkebunan
Perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada tanah dan/atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai; mengolah, dan memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan serta manajemen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat. Tanaman yang ditanam bukanlah tanaman yang menjadi makanan pokok maupun sayuran untuk membedakannya dengan usaha ladang dan hortikultura sayur mayur dan bunga, meski usaha penanaman pohon buah masih disebut usaha perkebunan. Tanaman yang ditanam umumnya berukuran besar dengan waktu penanaman yang relatif lama, antara kurang dari setahun hingga tahunan.
Perkebunan dibedakan dari agroforestri dan silvikultur (budidaya hutan) karena sifat intensifnya. Dalam perkebunan pemeliharaan memegang peranan penting; sementara dalam agroforestri dan silvikultur, tanaman cenderung dibiarkan untuk tumbuh sesuai kondisi alam. Karena sifatnya intensif, perkebunan hampir selalu menerapkan cara budidaya monokultur, kecuali untuk komoditas tertentu, seperti lada dan vanili. Penciri sekunder, yang tidak selalu berlaku, adalah adanya instalasi pengolahan atau pengemasan terhadap hasil panen dari lahan perkebunan itu, sebelum produknya dipasarkan. Perkebunan dibedakan dari usaha tani pekarangan terutama karena skala usaha dan pasar produknya.
Ukuran luas perkebunan sangat relatif dan tergantung volume komoditas yang dihasilkan. Namun, suatu perkebunan memerlukan suatu luas minimum untuk menjaga keuntungan melalui sistem produksi yang diterapkannya. Kepemilikan lahan bukan merupakan syarat mutlak dalam perkebunan, sehingga untuk beberapa komoditas berkembang sistem sewa-menyewa lahan atau sistem pembagian usaha, seperti Perkebunan Inti Rakyat (PIR).
Sejarah perkebunan di banyak negara kerap terkait dengan sejarah penjajahan/kolonialisme dan pembentukan suatu negara, termasuk di Indonesia.
Komoditi Perkebunan
Berikut adalah sejumlah komoditi pertanian yang biasa diusahakan dalam perkebunan.
1. Tanaman industri
Berikut adalah sejumlah komoditi pertanian yang biasa diusahakan dalam perkebunan.
1. Tanaman industri
· Henep (goni)
· Kakao Kapas
· Karet para
· Kelapa /Kelapa sawit
· Kina
· Kopi
· Sisal
· Tarum
· Tebu
· Teh
· Tembakau
2. Tanaman hortikultura
· Apel
· Anggrek
· Anggur
· Durian
· Mangga
· Mawar
· Nanas
· Pisang
· Zaitun
C. Manfaat Sumber Daya Buatan
1. Sawah, berguna bagi manusia sebagai tempat menanam padi, jagung, dan palawija.
2. Perkebunan, berguna bagi manusia sebagai tempat menanam teh, kopi dan buah-buahan. Juga berguna sebagai salah satu tempat peresapan air hujan.
3. Waduk, bermanfaat untuk antara lain :
· Menampung air hujan
· Tempat berkumpulnya air dalam suatu wilayah
· Pembangkit listrik
· Irigasi/ pengairan sawah
· Tempat rekreasi
· Pengendali bencana banjir
4. Tegalan, berguna untuk tadah hujan karena semua palawija tidak membutuhkan irigasi melainkan air hujan.
D. Permasalahan Pengelolaan Sumber Daya Manusia
Keberadaan waduk juga menimbulkan berbagai permasalahan baik terhadap lingkungan alamiah maupun bagi penduduk. Berbagai permasalahan tersebut bukan berarti sebagai penghalang tetapi sebaiknya dijadikan pertimbangan dalam upaya mewujudkan konservasi sumber daya air. Adapun permasalahan-permasalahan yang dapat ditimbulkan oleh keberadaan bendungan/waduk adalah sebagai berikut :
a. Menghilangkan komunitas setempat.
Kondisi seperti ini berlaku pada area rencana waduk yang terdapat penduduk di dalamnya. Permasalahan yang sering terjadi adalah masyarakat setempat harus direlokasi dan terancam kehilangan tempat tinggal, tanah dan keberlangsungan hidup termasuk mata pencaharian.
b. Menghilangkan habitat berbagai jenis hewan.
Hutan, lahan basah, dan habitat lain dibanjiri air. Waduk juga dapat memisahkan habitat hewan dan menghalangi rute migrasi.
c. Dapat menciptakan permasalahan kesehatan.
Berbagai penyakit seperti malaria akan meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah nyamuk.
d. Waduk dapat membunuh ikan.
Hal ini tentunya akan merugikan masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada ikan di sungai.
e. Hasil panen berkurang
Waduk akan membanjiri lahan pertanian di sekitar sungai atau pinggiran sungai.
f. Waduk sebagai salah satu faktor penyebab cuaca buruk bagi daerah sekitarnya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hossain (2009) terdapat korelasi antara keberadaan waduk dengan tingkat curah hujan. Waduk dapat meningkatkan proses penguapan yang kemudian meningkatkan kadar kelembapan pada atmosfer. Hal inilah yang menyebabkan curah hujan di sekitar waduk meningkat.
Dalam rangka menciptakan kondisi air yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan, maka keberadaan waduk sangat potensial untuk dikembangkan. Permasalahan yang paling pelik adalah dampak sosial dari pembangunan waduk. Banyak penduduk yang harus kehilangan tempat tinggal beserta mata pencaharian. Oleh karena itu diperlukan alternatif lain selain bendungan/waduk dalam rangka upaya konservasi sumber daya air, menghasilkan energi dan mencegah banjir. Alternatif-alternatif tersebut diantaranya adalah :
a. Alternatif konservasi air
Upaya yang dapat dilakukan adalah mengurangi permintaan terhadap air, menampung air hujan melalui pembuatan sumur resapan, pembangunan porous paving, pembuatan bendungan kecil di lahan pertanian dan meningkatkan RTH baik kualitas maupun kuantitasnya serta aplikasi ecodrainase.
b. Alternatif penghasil energi
Mengurangi kebutuhan energi, meningkatkan kualitas bendungan/waduk dan tranmisi yang ada, membangun sumber energi lain seperti hydropower kecil, energi biomassa, energi matahari, tenaga angin dan energi geothermal.
c. Alternatif pencegahan banjir
Pada dasarnya banjir terjadi karena air permukaan yang melebihi ambang batas yang tidak terserap ke dalam tanah. Oleh karena itu perlu upaya perlindungan dan pengembalian area penangkapan air, serta perlunya sistem peringatan dini terhadap banjir.
Di dalam ekosistem sawah, terdapat banyak masalah yang timbul diantaranya :
1. Pencemaran tanah
Tanah bisa tercemar apabila penggunaan secara berlebihan terhadap pupuk dan pestisida. Pencemaran tanah mempunyai cirri yaitu adanay perubahan tanahmenjadi kering dan keras, hal ini disebabkan oleh jumlah kandungan garam yang sangaat besar yang terdapat di dalam tanah.Selain itu, pencemaran tanah juga dapat disebabkan oleh sampah plastik karena pada umumnya sampah plastik tidak mengalami proses penghancuran secara sempurna.
2. Hama
Dalam ekosistem sawah, masalah yang sering terjadi adalah banyaknya hama yang mengganggu atau merusak tanaman yang berfungsi sebagai produsen. sehingga menyebabkan tanaman menjadi kurang tumbuh secara sempurna dan pertumbuhannya menjadi terhambat. Hal tersebut akan sangat berpengaruh pada perekonomian di Negara kita. Semakin banyak tanaman yang terkena hama, semakin mahal harga jual tanaman tersebut.
3. Cuaca atau iklim
Cuaca yang tidak menentu akan sangat berpengaruh pada tanaman padi yang terdapat pada ekosistem sawah. Ketika musim hujan, hama tikus akan semakin banyak sehingga produksi tanaman padi akan semakin menurun. Ketika musim panas, tanah sawah akan menjadi retak-retak sehingga tanaman padi banyak yang mati karena kekurangan air.
4. Pencemaran air
Air sangat mempengaruhi tumbuh kembang tanaman dan hewan yang terdapat pada ekosistem sawah. Tidak sedikit lahan persawahan yang memanfaatkan sistem irigasi yang telah tercemari oleh limbah-limbah pabrik-pabrik. Hal ini menyebabkan terganggunya sistem rantai makanan yang ada pada ekosistem sawah.
· Upaya-upaya mengatasi masalah yang timbuh pada ekosistem sawah :
Pada umumnya permasalahan yang terjadi dapat diatasi dengan cara-cara sebagai berikut:
1.Menerapkan penggunaan teknologi yang ramah lingkungan pada pengelolaan sumber daya alam baik yang dapat maupun yang tidak dapat diperbaharui dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampungnya.
2. Untuk menghindari terjadinya pencemaran lingkungan dan kerusakan sumber daya alam maka diperlukan penegakan hukum secara adil dan konsisten.
3. Memberikan kewenangan dan tanggung jawab secara bertahap terhadap pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup.
4. Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup secara bertahap dapat dilakukan dengan cara membudayakan masyarakat dan kekuatan ekonomi.
5. Untuk mengetahui keberhasilan dari pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan penggunaan indicator harus diterapkan secara efektif.
6. Penetapan konservasi yang baru dengan memelihara keragaman konservasi yang sudah ada sebelumnya.
7. Mengikutsertakan masyarakat dalam rangka menanggulangi permasalahan lingkungan global.
Masalah-masalah yang Dihadapi Perkebunan-perkebunan di Indonesia
1. Masalah yang berkaitan dengan kepentingan rakyat dan nasional
a.) Perkebunan Indonesia masih diliputi oleh dualisme ekonomi, yaitu antara perkebunan besar yang menggunakan modal dan teknologi secara intensif dan menggunakan lahan secara ekstensif serta manajemen eksploitatif terhadap SDA dan SDM, dan perkebunan rakyat yang susbsisten dan tradisional serta luas lahan terbatas. Kedua sistem ini menguasai bagian tertentu dari masyarakat dan keduanya hidup berdampingan. Perbedaan keduanya tidak jarang menimbulkan konflik ekonomi yang berkembang menjadi konflik sosial.
b.) Perkebunan Rakyat (PR) yang luasnya sekitar 80% dari perkebunan nasional masih belum mendapatkan fasilitas dan perlindungan yang memadai dari pemerintah. Masalah ini menjadi penting antara lain karena jumlah KK yang tergantung pada perkebunan rakyat sekitar 15 juta.
c.) Hak menguasai oleh negara atas tanah yang kemudian diberikan kepada badan hukum sebagai Hak Guna Usaha untuk usaha perkebunan sangat dominan, sementara itu ketidak-pastian hak masyarakat (lokal dan adat) atas sumberdaya lahan untuk perkebunan belum kunjung diselesaikan.
d.) Masuknya pemodal besar ke usaha perkebunan masih belum memberikan kontribusi pada kesejahteraan rakyat setempat. Hingga saat ini masih belum ada re-distribusi aset dan manfaat yang adil (proporsional) kepada masyarakat dari usaha perkebunan.
e.) Kebijakan pengembangan perkebunan lebih berpihak pada perkebunan besar yang ditunjukkan oleh alokasi pemanfaatan kredit, dukungan penelitian dan pengembangan, serta pelatihan sumberdaya manusia.
f.) Pengembangan perkebunan besar lebih dilandasi pada pembukaan lahan hutan dalam skala besar yang dilakukan dengan mengabaikan hak-hak masyarakat di dalamnya. Pada beberapa daerah kondisi demikian ini telah menimbulkan konflik sosial serta dampak negatif terhadap lingkungan.
g.) Organisasi-organisasi usaha perkebunan yang menghimpun diri dalam asosiasi pengusaha perkebunan bersifat eksklusif dan powerful dengan tingkat kepedulian terhadap pemberdayaan organisasi-organisasi petani/pekebun rendah.
Penyelesaian Masalah Perkebunan:
Penyelesaian masalah dan konflik yang terjadi di perkebunan meliputi tahap pencegahan dan penyelesaian. Selain itu, kerangka kebijakan dan aksi untuk penyelesaian konflik perlu memperhatikan durasi kerja jangka pendek maupun jangka panjang.
1. Perbaikan peraturan, kebijakan dan perizinan
a) Moratorium izin usaha perkebunan dan izin lokasi;
b) Pembentukan peraturan/ketentuan terkait batas maksimum HGU oleh perusahaan dan kelompok perusahaan;
c) Evaluasi terhadap kebijakan reforma agraria BPN;
d) Percepatan pembentukan dasar hukum yang kuat bagi Reforma Agraria (pengesahan RPP Reforma Agraria secepatnya);
e) Revisi peraturan tentang hak masyarakat hukum adat (Permen Agraria No. 5/1999 terutama terkait dengan kejelasan objek tanah ulayat);
f) Persyaratan prioritas penyelesaian konflik melalui mekanisme ADR.
2. Kelembagaan dan mekanisme penyelesaian konflik
a) Evaluasi terhadap kinerja dan kemampuan Kedeputian V BPN dalam percepatan penyelesaian konflik dan sengketa pertanahan;
b) Pembentukan komite independen penyelesaian konflik agraria oleh Presiden atau pembentukan Peradilan Agraria.
c) Pembentukan unit pengaduan dan penanganan konflik di instansi terkait.
d) Pembentukan Menteri Koordinator Sumber Daya Agraria/Sumber Daya Alam.
e) Kebijakan pemerintah daerah untuk mediasi konflik tanah.
f) Membentuk dewan/komite land reform.
3. Penguatan dan pemberdayaan petani dan masyarakat adat
a) Penguatan organisasi tani dan masyarakat adat;
b) Perluasan jaringan organisasi tani dan masyarakat adat;
c) Konsolidasi gerakan tani dan masyarakat adat untuk menghadapi konflik perkebunan;
d) Pendampingan hukum dan ekonomi bagi petani dan masyarakat adat.
4. Penguatan jaringan kelompok masyarakat sipil (LSM, akademisi)Pembentukan/penguatan jejaring LSM dan akademisi agraria di tingkat lokal dan nasional.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sumber daya buatan adalah hasil pengembangan buatan dari sumber daya alam hayati atau non hayati yang ditunjuk untuk meningkatkan kualitas, kuantitas dan atau kemampuan daya dukungnya.
Macam-macam sumber daya buatan diantaranya sawah, waduk, perkebunan, dan tegalan. Yang pada dasarnya bermanfaat untuk melestarikan sumber daya alam yang ada.
Dalam pengelolaannya, berbagai sumber daya diatas mengalami banyak masalah namun dapat diatasi dengan berbagai alternative yang tersedia.
B. Saran
Untuk pemerintah sebaiknya lebih mengembangkan berbagai sumber daya buatan agar kelangsungan sumber daya alam lain tetap terjaga.
DAFTAR PUSTAKA
2. Suharti, Titing (2004) : “Pengelolaan Sungai, danau dan Waduk untuk Konservasi Sumber Daya Air”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar